sastra


Jumat, 30 November 2007

Jalan setapak dari tanah air

Puisi Badru Tamam Mifka

--tentang Nirmala Bonat


Jalan stapak dari tanah air itu menepi impian
Di negeri lain, di dalam tas itu, ada aroma jalan
Terbawa diantara tumpukkan baju gadis sembilan belasan
Yang bau parfum murahan, bau tumpahan teh dan noda perih

Entah shubuh keberapa lewat
Barangkali ada mata yang terjaga sealu
Diseputar pejam yang hangat, yang liat

Tetapi kesetiaan itu, Tuan dan Nyonya, mau bertahan
Melayani sisa-sisa luka yang pelan dirobek
Seperti angka-angka di kalender
Sebab kalian meminta, lalu anak-anak kampung
Kelak merayu, tetangga bertamu dan orang tua menunggu
Sepertinya seratus telinga telah
dibuka lebar-lebar—seperti saku baju dan celana—sekedar
dengar kabar.

Entah shubuh keberapa lewat
Alarm berbunyi cepat
Mengumpat mimpi yang tak sempat

Dan ia pulang setelah menemui cara lain
untuk berdandan: mandi air panas dan kulit dada
yang disetrika, dirapikan seperti pakaian majikan

Barangkali tak ada cerita, hanya kesah kekerasan
--hanya kesah anjing yang dirantai dan dihantam
cawan besi, dipukul gantungan baju
Hingga lupa jalan setapak itu, setapak tanah air itu.

Ciromed, 2005

posted by wscbandung @ 16.22,


0 Comments: