sastra


Jumat, 30 November 2007

Restui Aku...

Cerpen: Ria Jumriati*


Yona memandangi wajahnya dicermin. Hidung, bibir, kening dan lengkungan alis yang begitu alami menaungi lugu kedua bola matanya. Entah apa yang membuat Yona kini tiba-tiba tersadar, ia memiliki anugerah kecantikan yang tak pernah dipuji sekalipun oleh suaminya sendiri. Meski hampir semua teman-teman di arisan menjulukinya mirip Penelope Cruz bahkan tak sedikit juga yang meliriknya iri.

Yona adalah produk Cinderella masa kini, terlahir dari keluarga sederhana yang disunting oleh pria kaya namun sangat menganggap rendah arti dan keberadaan seorang wanita. Baginya perempuan hanyalah pencetak keturunan, pemuas kebutuhan seks dan pelampisan emosi saat stress. Dan anehnya, ada saja orang tua yang mau menggadaikan anak gadisnya pada pria seperti Malvin hanya karena kegemerlapan materi. Dirumah, Yona memang diperlakukan sebagaimana layaknya seorang istri. Dinafkahi lahir dan batin namun ia sama sekali tak boleh peduli dengan apa yang dilakukan Malvin diluar sana. Yona bahkan tak punya hak untuk sekedar menanyakan siapa wanita yang hampir setiap malam menelpon suaminya. Dan Yona menerimanya, ia sudah cukup bahagia dengan kelahiran Clarissa – Putri mungilnya. Pernah saat sms Malvin berbunyi dan Yona mempunyai kesempatan untuk membukanya, ternyata terdapat deretan kalimat mesra dari seorang wanita bernama Erin. Namun sekali lagi Yona tak pernah berani bertanya apalagi membahasnya. Entahlah, mungkin ketergantungan materi yang sangat tinggi hingga membuat ia begitu terpedaya dan pasrah pada kekuasaan yang dimiliki Malvin.

“Suamimu pasti selingkuh” Hanny menanggapi keluhan Yona saat tengah menunggu anak-anak mereka di sekolah yang sama.

“Aku bahkan merasa lebih parah dari itu” Ujarnya dingin
“Maksudmu..mereka telah menikah ?”

Yona menatap sendu wajah sahabatnya. Sementara Hanny menggelengkan kepalanya
“Yona, kenapa sih kamu kok diam saja. Kamu kan istri sahnya. Lah kok mau sih diperlakukan begitu sama suamimu sendiri ?”

“Sejak menikah dengan Malvin aku memang telah akrab dengan luka, kecewa dan cemburu. Hingga aku sudah mati rasa dengan rasa-rasa seperti itu”

“Tapi bagaimana dengan hak mu sebagai istri dan Ibu dari Clarissa ?”
“Malvin cukup mengerti akan hal itu, buktinya dia tetap menafkahi kami”
“Dan buatmu itu sudah cukup ? Hanny mengibaskan lengannya “Yona, sudah tidak zamannya lagi penindasan seperti ini. Kita sebagai wanita punya hak yang sama dengan laki-laki. Jangan mentang-mentang dia menafkahi lantas hak azasi kita juga bisa dibelinya. Bagaimana jika suatu saat dia mencampakkanmu begitu saja ?”

“Tapi Malvin laki-laki yang bertanggung jawab” Ujarnya masih mencoba membela “Ia bahkan berkali-kali meyakinkan aku bahwa apapun yang terjadi ia akan tetap memperhatikan aku dan Clarissa, mudah-mudahan ia pun masih memiliki iman….”

Hanny tertawa panjang menanggapi keluguan sahabatnya.
“Dan kamu percaya ? Dan kenyataaannya ? Yona, bagi laki-laki seperti Malvin, jarak antara iman dan libido hanya setipis selaput dara”

“Tapi yang kutahu dulu Malvin tidak seperti itu kok, aku tahu betul sifat dan tabiatnya sebelum kita menikah” Ujarnya mendesah
Hanny tersenyum kecut menanggapi.

“Yona, sampai kapanpun kita tak akan pernah bisa memahami sifat suami kita masing-masing. Selalu ada sisi gelap dari diri mereka yang tetap menjadi misteri sampai kapanpun. Ibaratnya setiap wanita itu menikahi Dr. Jackyl and Mr Hide. Orang yang dahulunya begitu lembut dan penuh kasih tapi bisa menjadi buas dan tak berperasaan disuatu masa dikehidupan pernikahan kita. Iya kan ? Jadi, menurutku…tidak seharusnya kita berpasrah diri 100% pada mahluk berjenis lelaki” Tutur Hanny mantap. Lagi-lagi Yona tersenyum kecut.

“Aku hanya mencoba mengingatkanmu. Jangan pernah takut kehilangan Malvin semata-mata karena dialah yang menopang hidupmu dan Clarissa. Dunia ini luas, banyak kesempatan bisa kita dapatkan sebagai perempuan diluar sana. Kalau setiap laki-laki bisa dengan gampangnya berpoligami atas nama cinta bahkan syahwat semata. Itu berarti tidak tertutup kemungkinan bagi kita sebagai perempuan untuk melakukan hal yang sama kan ? yah, paling tidak selingkuh kecil kecilan, sah sah saja kan?.” Tutur Hanny seraya tersenyum menggoda. Yona hanya menanggapi dengan senyum tipis.


Yona terbaring resah dipembaringannya yang luas. Jam dinding hampir menunjukkan pukul 11 malam, namun seperti biasa Malvin belum lagi ada disisinya. Rindukah aku ? Cintakah aku ? Batinnya bertanya resah. Sementara angannya mengembara pada sebentuk wajah milik Adit. Sebulan lalu, mereka tak sengaja bertemu di sebuah mall. Mata mereka saling bersirobok tajam, menggores kembali luka-luka rindu yang telah mengering dihati masing-masing. Adit adalah cinta pertama Yona, dan menurut kebanyakan orang “First Love Never Die” benar adanya. Cinta Yona tak pernah mati untuk sosok itu. Adit sampai kapanpun tetap mempunyai ruang tersendiri dibenaknya. Dan yang lebih memporak-porandakan hatinya, ternyata Manager Restauran cepat saji itu masih sendiri. Adit bahkan sama sekali tak dapat menyembunyikan kerinduannya pada Yona, kalau saja tak ada Clarissa dan suster yang menemaninya. Ingin rasanya ia berhambur kedalam pelukan Adit seperti masa – masa lalu.

Satu bulan lebih sudah Yona membiarkan jiwanya berselingkuh seru dengan bayangan cinta masa lalunya. Sampai kapan ? Tak seorang pun tahu sampai akhirnya ia tak sanggup untuk tidak bercerita pada Hanny. Mata sipit Hanny terbelakak tak percaya tapi kemudian tertawa panjang.

“Aku nggak sangka kamu ternyata bisa senekat itu!” Yona tersipu malu dengan rona merah dadu di pipinya.

“Tapi, itu manusiawi kok Na. Jadi perempuan memang tidak harus selalu jadi pihak yang menunggu. Menunggu untuk dikhianati, menunggu untuk dipoligami bahkan menunggu untuk dicampakkan. Baguslah, itu tandanya kamu berpikiran maju”

“Ini bukan aksi balas dendam, Han” Timpalnya serius.

“Apa bedanya ? Yang penting kamu tidak terlalu terluka dengan perselingkuhan suamimu kan ? tidak merasa kehilangan dan terlalu dikhianati. Iya kan ?

Yona hanya membisu. Namun batinnya mengiyakan hal itu.

“Aku takut Malvin tahu” Ujarnya lirih. Sekali lagi Hanny tertawa lepas. “Kenapa harus takut. Apa kamu pernah berpikir apakah Malvin khawatir kamu mengetahui perselingkuhannya ? Aku bukan mau memanas-manasi perkawinan kalian. Cuma aku gemas melihat hubungan kalian yang begitu timpang dipihakmu”

“Tapi…apa aku berdosa?”

“Ahh, kamu lugu amat sih ? Kalau laki-laki bisa buat dosa, kenapa perempuan nggak ? Yang penting pertanggung jawabannya kan masing-masing. Sudahlah, sementara Malvin asyik menikmati kemesraan bersama Si Erin. Kenapa kamu tidak mempergunakan waktumu bersama Adit ?” Timpal Hanny semakin antusias.

Ada yang tergelitik di hati Yona mendengar semua penuturan Hanny, beberapa menit lalu Adit baru saja mengirim pesan singkatnya. Sangat singkat namun bermakna panjang dan dalam bagi seorang Yona. “Aku tunggu sore ini ditempat biasa”. Dan Yona pun melangkah ringan menemui pujaan hatinya. Dan haripun berlalu dalam guratan kisah berbeda bagi setiap insan penghuninya. Seperti yang terjadi pada sepasang suami istri ini. Setiap hari Malvin hanya menyisakan beberapa jam untuk keluarganya sementara selebihnya diberikan kepada Erin. Dan Yona pun berbuat hal yang sama. Mereka sibuk mengukir harap dan cinta pada prasasti berbeda, pada altar terpisah dan mengingkari perjanjian sakral yang telah terikrar lewat sumpah dihadapan sang Pencipta. Tapi apa artinya ? Jika pada saat melangkah keduanya tak memiliki aura rasa yang senada. Berkerudung kemunafikan dan mungkin juga nafsu tak terbasuh.


Dan sore ini. Yona kembali menemui sahabatnya. Wajahnya murung namun tak bisa menutupi semburat asmara yang tengah meronai sanubarinya.

“Adit ingin menikahiku” Yona berucap lirih
“Tanyakan hati kecilmu. Seberapa mantap dan pantas hal itu kamu jalani”

“Aku takut Malvin…..” Yona pun menangis tersedu. Hanny menepuk-nepuk bahu sahabatnya pelan. “Menurutku, ini cuma masalah waktu. Cepat atau lambat Malvin pun pasti akan meminta izinmu untuk menikahi Erin”

“Lalu apa yang harus kulakukan ?”

“Kamu punya hak untuk mencintai dan dicintai. Punya hak untuk jatuh cinta pada siapa saja dan memutuskan hidup dengan siapapun termasuk Adit. Dan yang lebih penting, punya hak untuk bahagia dan terlepas dari penindasan Malvin”

“Tapi aku masih berstatus istrinya…apa kata orang nanti ?”

“Malvin pun masih berstatus suamimu dan kini tengah menjalin asmara dengan wanita lain. Sekarang pulanglah, tenangkan hatimu. Dan pastikan, apapun keputusanmu selalu berikan yang terbaik buat Clarissa “

Malvin baru pulang setelah tengah malam dan Yona belum lagi tertidur. Seperti biasanya harum parfum wanita segera saja menusuk hidungnya namun tak lagi menoreh luka seperti waktu lalu.

“Kenapa belum tidur” Ujar Malvin sinis

“Aku mau tidur seperti layaknya istri yang normal, tapi tidak bisa sebelum kepura-puraan ini kita akhiri “ Sahut Yona pelan namun sedikit mengusik kecurigaan Malvin

“Apa maksudmu ? Nggak usah cari gara-gara deh. Aku capek !
“Aku bicara sopan dan baik-baik. Aku juga capek dan mau ini segera berakhir”
“Maumu apa sih ?! Tantang Malvin dengan mata berkilat penuh kemarahan

“Aku mau menikah lagi. Mohon restui aku….” Sahut Yona pelan dan datar namun bagai sambaran petir disiang bolong bagi Malvin

“Dasar Sundal ! Jadi selama ini kamu berselingkuh? Hah ! Malvin baru saja hendak mendaratkan pukulannya ke wajah istrinya namun dengan sigap Yona langsung menangkisnya. Dan itu sangat diluar dugaan Malvin yang selama ini menganggap Yona hanyalah wanita lemah tanpa daya.

“Aku terima julukan itu. Tapi bagaimana denganmu sendiri ? Jangan kira aku terlalu bodoh untuk mengetahui perselingkuhanmu dengan Erin ! Balas Yona berang.
“Aku laki-laki ! Aku lebih pantas melakukan !
“Meski aku perempuan. Tapi aku juga manusia. Aku punya hak untuk mencinta dan dicinta. Punya rasa dan hak untuk jatuh cinta pada siapapun yang aku suka seperti halnya dirimu!” Sahut Yona tak mau kalah. Malvin seolah kehilangan kata-kata ia terduduk lemas dengan nafas memburu cepat. Egonya sebagai laki-laki tentu saja sangat terhina. Namun tiba-tiba Yona bersimpuh di lutut suaminya. Ia menangis.

“Maafkan aku. Tapi, mohon restui aku….”
“Merestui mu ? Apa aku sudah gila, dimana harga diriku sebagai suami ?!
Tidak mungkin ! Hardiknya sambil mendorong tubuh istrinya.

“Percuma kita teruskan pernikahan tanpa cinta ini, kasihan Clarissa. Relakan aku hidup bersama seseorang yang benar-benar kucintai dan mencintaiku. Begitu pula denganmu. Aku merestuimu untuk hidup bahagia bersama Erin tanpa harus terus menerus membelakangiku “
“Aku tidak mau menceraikanmu ! hardik Malvin keras.
“Sudahlah Vin, tak usah membohongi hati kecilmu sendiri semata-mata karena terlalu mendewakan harga dirimu sebagai lelaki. Ini cuma masalah siapa yang lebih dulu meminta izin untuk berpisah kan ? Toh cepat atau lambat, kamu juga pasti menceraikan aku dan mematangkan rencana hidup kedepanmu bersama Erin.
“Pokoknya, aku tetap tidak mau menceraikanmu ! Malvin bersikukuh.

Melihat Malvin bersikeras seperti itu, ada juga perasaan takut yang merambati benak Yona. Ia takut Malvin hilang kendali dan bisa saja mencekiknya hingga mati saat itu juga. Namun ia hanya melihat kemarahan diwajah suaminya tapi tidak ada tanda-tanda kebrutalan yang akan dilakukannya. Dan itu semakin memacu adrenalin Yona untuk maju selangkah lagi.

“Aku tak memiliki cinta lagi buatmu” Ujar Yona datar dan tenang.

Malvin menatap mata sendu Yona dengan tegang. Mulutnya mendadak terkunci.

“Ceraikan aku dan restui aku untuk menjalin cinta baruku”
Serta merta Malvin berdiri dan hendak melayangkan pukulan ke arah wajah Yona.

“Jangan memperburuk keadaan !” Cegahnya cepat “Semua sudah berakhir Vin, tak ada jalinan rasa lagi diantara kita, akhirilah demi Clarissa”

Setelah itu Yona pun beranjak pergi meninggalkan Malvin dalam amarahnya. Semua memang diluar dugaan laki-laki itu, ia sama sekali tak pernah menyangka Yona yang begitu sabar, menerima dan cenderung terlihat bodoh dihadapannya ternyata bisa mengeluarkan keputusan yang begitu diluar dugaannya. Ia telah salah menilai dan memanfaatkan kesabaran dan kelembutan Yona selama ini. Ada sesal yang merambati hatinya. Ia memang menemukan kenikmatan dan kedahsyatan petualangan cinta bersama Erin, tapi wanita itu tak memiliki nuansa keibuan yang dimiliki Yona. Dan semua telah terlambat, sayangnya Malvin terlalu cepat mencari kekurangan Yona pada wanita lain dan bukan membicarakan dan meminta Yona untuk perlahan saling mengisi kekurangan yang ada. Dan sekali lagi semua telah terlambat……Yona telah membuat keputusan dan itu tentu telah melewati proses luka yang begitu bernanah. Sayangnya Yona tak memilih Malvin untuk menyembuhkannya. Dan tentu saja Yona sangat berhak atas keputusan itu dan tak melulu tunduk dengan doktrin kodrat keperempuanan yang menunggu, yang pada kenyataannya selalu menjadi korban dan pihak yang keseringan dikhianati.***

TAMAT



*http://riajumriati.multiply.com
ria2925@yahoo.com

Label:

posted by wscbandung @ 14.45,


0 Comments: